Karena imbal hasil obligasi turun tajam, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan, Jumat (3/11/2023)
Penurunan imbal hasil obligasi tersebut setelah data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat dan kenaikan pengangguran. Hal meningkatkan harapan bahwa The Fed telah menyelesaikan kampanye suku bunga naik.
Mengutip Reuters, Senin (6/11), Dow Jones Industrial Average naik 222,24 poin atau 0,66 persen menjadi 34.061,32. S&P 500 bertambah 40,56 poin atau 0,94 persen menjadi 4.358,34 dan Nasdaq Composite bertambah 184,09 poin atau 1,38 persen menjadi 13.478,28.
Selama sepekan, S&P 500 meningkat 5,9 persen, menduduki kenaikan terbesar sejak November 2022 dan Nasdaq bertambah 6,6 persen, juga menunjukkan kenaikan terbesar sejak November 2022. Dow menunjukkan kenaikan mingguan sebesar 5,1 persen, kenaikan terbesar sejak akhir Oktober 2022.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan upah non pertanian meningkat sebanyak 150.000 pekerjaan pada bulan Oktober, jauh lebih kecil dari prediksi kenaikan sebanyak 180.000. Hal ini didorong pemogokan oleh produsen mobil Big Three di Detroit.
Data bulan lalu direvisi lebih rendah agar menunjukkan kenaikan sebanyak 297.000, bukan 336.000. Tingkat pengangguran naik tipis menjadi 3,9 persen.
“Dari sudut pandang kebijakan, hal ini memberikan keyakinan bahwa The Fed akan menahan suku bunganya di masa mendatang dan hanya akan menaikkan suku bunga lagi jika pertumbuhan atau inflasi mulai meningkat,” kata ahli strategi investasi senior Bernstein Private Wealth Management Matt Palazzolo.
Namun perkiraan Palazzolo yang akan terjadi adalah perlambatan yang stabil dalam pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi selama periode 6-9 bulan ke depan. Apabila kemungkinan tersebut terjadi, “Maka The Fed berpotensi tetap mempertahankan tingkat suku bunga saat ini,” imbuhnya.
Data ketenagakerjaan juga mendorong imbal hasil Treasury AS lebih rendah untuk sesi keempat berturut-turut. Selama sesi tersebut, imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level terendah dalam lebih dari lima minggu. Pergerakan imbal hasil ini menyeret saham-saham.
“Penurunan suku bunga mungkin merupakan katalis utama minggu ini,” imbuh Tony Welch, CIO SignatureFD, Atlanta Georgia, dengan menambahkan bahwa data pekerjaan mendukung tren ini.
DIPREDIKSI MENGUAT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan hari ini, Senin (6/11). Pada perdagangan, Jumat (3/11) pekan lalu, IHSG ditutup naik 37,463 poin (0,55 persen) ke posisi 6.788,850.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya, memprediksi pergerakan IHSG hari ini menguat di rentang 6708 – 6828. Menurutnya, pola pergerakan IHSG terlihat masih berada dalam rentang konsolidasi wajar di tengah fluktuasi nilai tukar.
William menuturkan, potensi penguatan nilai tukar Rupiah juga dibarengi oleh terus melemahnya ndeks sehingga secara tidak langsung dapat memberikan sentimen positif terhadap IHSG yang akan terdongkrak dalam beberapa waktu mendatang.
“Selain dari pada itu rilis data perekonomian mengenai PDB juga diharapkan dapat menjadi salah satu faktor penopang IHSG, hari ini IHSG berpotensi menguat,” ujar William dalam risetnya, Senin (6/11).
Sementara itu, tim analis MNC Sekuritas juga memperkirakan IHSG akan menguat hari ini menguji 6,881-6,938. Penguatan IHSG Jumat lalu disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian.
“Selama IHSG tidak kembali terkoreksi ke bawah 6,639, maka diperkirakan IHSG berpeluang kembali menguat,” jelasnya.
Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave (iii) dari wave [iii], sehingga meskipun terkoreksi akan cenderung terbatas untuk menguji rentang 6,711-6,755 terlebih dahulu.
Beberapa saham yang direkomendasikan adalah BSDE, ERAA, ERAL, dan ESSA.
Sementara William merekomendasikan saham yang bisa dicermati investor hari ini yaitu UNVR, INDF, ICBP, KLBF, ASII, AALI, SMRA, ASRI, dan PTPP.