Pada perdagangan, Rabu (25/10/2023), bursa saham Amerika Serikat (AS), wall street, anjlok dalam aksi jual karena imbas imbal hasil obligasi yang menguat dan peluang suku bunga akan lebih tinggi.
Mengutip Reuters, Kamis (26/10), Dow turun 105,45 poin atau 0,32 persen menjadi 33.035,93. S&P 500 kehilangan 60,91 poin atau 1,43 persen menjadi 4.186,77 dan Nasdaq Composite turun 318,65 poin atau 2,43 persen menjadi 12.821,22.
Indeks acuan S&P 500 mencatat penurunan harian kelima dalam enam hari dan ditutup di bawah level 4.200 yang diawasi ketat. Nasdaq Composite merosot ke persentase satu sesi terbesar sejak 21 Februari, dengan megacaps yang sensitif terhadap suku bunga yang membebani indeks teknologi ini.
Dow Jones Industrial Average ditutup sedikit lebih rendah. “Pendapatan beragam dan itu menyebabkan beberapa masalah, tetapi masalah sebenarnya tetap pada imbal hasil (Treasury) yang tidak menunjukkan tanda pelemahan,” kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group di Omaha.
Imbal hasil Treasury 10 tahun naik setelah data penjualan rumah baru yang kuat dan tingkat suku bunga mencapai level tertinggi dalam 23 tahun memicu kekhawatiran suku bunga naik yang berlangsung lama.
“Perekonomian AS terus menunjukkan kinerja yang kuat,” tambah Detrick. “Itu mungkin salah satu alasan utama mengapa imbal hasil tetap kuat seperti sebelumnya”.
“Pasar obligasi sedang mengendus potensi perekonomian yang lebih baik di masa depan,” lanjutnya.
Momen saat ini menjadi minggu yang penting dalam rilis pendapatan, dengan hampir sepertiga perusahaan di S&P 500 diprediksi akan membukukan hasil kuartal ketiga.
Sejauh ini, 146 dari S&P 500 telah melaporkan. Dari jumlah tersebut, 80 persen telah menghasilkan pendapatan di atas ekspektasi.
Analis saat ini memperkirakan pertumbuhan pendapatan S&P 500 sebesar 2,6 persen yoy untuk periode Juli-September, naik dari 1,6 persen dari awal bulan.
DITUTUP TERKOREKSI
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada penutupan perdagangan Kamis (26/10). IHSG turun 119,87 poin atau 1,75 persen ke level 6.714,52.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya memprediksi pergerakan IHSG hari ini konsolidatif. IHSG menurutnya, akan berada di rentang 6.702-6.899. Menurutnya, pola pergerakan IHSG di akhir pekan terlihat masih dibayangi oleh pola tekanan yang cukup besar dan support level terdekat kembali diuji kekuatannya.
“Saat ini gelombang tekanan terlihat belum akan berakhir sehingga IHSG masih akan cenderung bergerak konsolidatif,” kata William.
Pergerakan IHSG hari ini menurutnya masih ditopang oleh kondisi perekonomian yang masih relatif stabil ditambah dengan musim dividen yang masih berlanjut, sehingga peluang terjadinya koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk melakukan akumulasi pembelian untuk saham saham yang memiliki fundamental kuat dengan market cap besar.
Saham yang dia rekomendasikan adalah GGRM, BBCA, AALI, SMRA, TBIG, BBNI, dan ASII.
Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang memprediksi hari ini IHSG berada pada critical area di rentang 6.730-6.750
Menurutnya, pasar saham kini dipengaruhi oleh antisipasi kenaikan the Fed rate sebesar 25 bps di FOMC 1 November 2023. Apalagi jajak pendapat oleh CME FedWatch Tools memperoleh hasil 97.1 persen peluang the Fed menaikkan suku bunga acuan di FOMC tersebut. Kekhawatiran pasar kemungkinan meningkat jelang FOMC tersebut.
Kondisi itu, lanjutnya, berpotensi memicu berlanjutnya kecenderungan capital outflow dan kembali menekan nilai tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah melemah 0.32 persen ke Rp15,915 per USD di Kamis (26/10) sore.
“Dengan demikian, saham-saham yang sensitif terhadap nilai tukar dan interest rate, khususnya di sektor keuangan perlu diwaspadai. Jangan terlalu agresif dalam merespons peluang bargain hunting atau buy on support di Jumat,” kata Alrich.