Kenaikan aktivitas Manufaktur AS mengerek Dolar AS untuk menguat terhadap Euro di sesi perdagangan Selasa dini hari ini. PMI Manufaktur AS versi ISM tercatat naik ke 55.3 pada bulan Maret 2019, dari 54.2 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut juga lebih tinggi daripada ekspektasi pasar di 54.5. Peningkatan paling pesat terjadi pada sektor New Orders, Produksi, dan Ketenagakerjaan.
Laporan tersebut membalikkan kondisi Dolar AS yang sempat anjlok pasca laporan Penjualan Retail AS. Departemen Perdagangan AS mencatat, Penjualan Ritel bulanan (m/m) turun ke -0.2 persen pada bulan Februari 2019, lebih rendah daripada ekspektasi penurunan ke level 0.3 persen. Sementara itu, Penjualan Ritel pada bulan Januari justru direvisi naik menjadi 0.7 persen dari 0.2 persen.
Menyusul kedua laporan tersebut, Euro pun tertekan terhadap Dolar AS. Saat berita ini ditulis, EUR/USD dalam grafik harian masih tertekan di level 1.1207, memperpanjang penurunan yang terjadi sejak tanggal 21 Maret.
Data Ekonomi Zona Euro Terpuruk
Sebelumnya, data ekonomi Zona Euro pun tidak menampilkan performa gemilang. Senin Sore, Consumer Price Index (CPI) Zona Euro direvisi turun dari 1.5 persen menjadi 1.4 persen (Year-on-Year) untuk bulan Maret 2019. Core CPI juga melandai dari 1.0 persen menjadi 0.8 persen, sehingga menjadi yang terburuk dalam hampir satu tahun terakhir.
Tak hanya itu, dua negara ekonomi teratas Zona Euro–Jerman dan Prancis–turut menyumbangkan rapor merah dalam setor manufaktur. Aktivitas manufaktur Jerman melorot ke 44.1 dalam bulan Maret 2019, lebih buruk dibandingkan estimasi awal di level 44.7. Sedangkan Prancis, merevisi sektor manufakturnya turun ke level 49.7.
Buruknya performa ekonomi Zona Euro ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, termasuk deadlock Brexit dan perlambatan ekonomi global. Oleh karena itu pula, Bank Sentral Eropa (ECB) tak memiliki celah untuk melanjutkan pengetatan moneter dan harus banting setir meluncurkan LTRO sebagai stimulus.