Notulen rapat European Central Bank (ECB) yang dirilis Kamis (04/April) malam ini, menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan, memperdebatkan risiko suku bunga ultra rendah terhadap bank-bank konvensional di Eropa. Perdebatan tersebut diprediksi berpotensi memicu perdebatan mengenai langkah untuk menambah stimulus secara agresif demi mendukung ekonomi Eropa yang sedang tersendat.
Khawatirkan Dampak Buruk Suku Bunga Rendah
Seperti yang telah diputuskan dalam kebijakan moneternya bulan Maret lalu, ECB putar haluan dari memangkas pembelian obligasi, menjadi kembali meluncurkan stimulus berupa TLTRO. Rencana kenaikan suku bunga pun ditunda hingga sekitar tahun 2020, dengan pertimbangan pertumbuhan ekonomi yang merosot drastis.
Dengan demikiaan, kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap negatif dalam waktu yang lebih lama. Selain itu, hal itu berarti pula bahwa bank-bank masih akan lanjut untuk membayar “uang parkir” atas dana yang mereka titipkan di ECB.
Kondisi itu menjadi perhatian para pembuat kebijakan di bank sentral. Mereka khawatir, bank-bank sebagai pemberi pinjaman akan mentransmisikan kebijakan moneter ke ekonomi riil. “Kekhawatiran yang disuarakan hingga saat ini adalah bahwa dampak dari suku bunga rendah yang persisten, dapat menekan suku bunga margin dan profitabiltas bank-bank; yang mana akan membawa dampak negatif terhadap fungsi bank sebagai perantara dan stabilitas finansial dalam jangka panjang,” tulis notulen ECB.
Selain itu, ECB juga memperhatikan perkembangan ekonomi China, yang belum merampungkan negosiasi dagangnya dengan AS hingga saat ini. ECB mengatakan, dampak buruk dari melambatnya ekonomi negeri Tirai Bambu tak akan memudar begitu saja dalam hitungan bulan.
JP Morgan Ramalkan Penurunan Euro Ke Kisaran 1.10 Per Dolar
Euro kembali melemah terhadap Dolar AS menanggapi dovish-nya kebijakan ECB tersebut. Menurut analis JP Morgan, Roger Hallam, jika ECB intensif mensinyalkan pemotongan suku bungadepositonya yang sudah negatif, maka risikonya, EUR/USD dapat jeblok menembus 1.12 – 1.18 per dolar AS, bahkan dapat menguji level di bawah 1.10 per dolar AS.