Awal pekan ini, Dolar AS dibuka melemah. Indeks Dolar AS menghentikan reli yang terbentuk sejak tanggal 20 April, dengan turun 0.19 persen ke 100.29. Sedangkan EUR/USD berbalik naik 0.45 persen pada Jumat malam kemarin dan ditutup di kisaran 1.0824.
Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat lalu membukukan hasil bahwa Durable Goods Orders jatuh ke -14.4 persen. Hasil tersebut lebih buruk daripada ekspektasi penurunan ke -11.9 persen dan dari 1.1 persen di bulan Februari.
Permintaan terhadap Dolar AS sebagai safe haven memang terpantau menurun. Beralihnya sentimen dari Risk-Off ke Risk-On hari ini, terjadi menjelang rapat The Fed dan ECB pekan ini. Optimisme muncul di pasar, setelah Gubernur New York Andrew Cuomo dan PM Italia Giuseppe Conte merencanakan untuk membuka kembali aktivitas ekonomi mereka pasca lockdown pencegahan Corona.
“Peningkatan suplai Dolar AS bersama dengan kebijakan agresif The Fed terhadap suku bunga dan QE, telah menghidupkan diskusi mengenai apakah Dolar AS saat ini sedang menuju koreksi,” ungkap Jane Foley, analis senior dai Rabobank.
Pertaruhan Bearish USD Meningkat
Para spekulator pun terpantau menaikkan estimasi bearish mereka terhadap Dolar AS. Menurut kalkulasi Reuters and U.S. Commodity Futures Trading Commission terbaru yang dirilis kemarin, nilai posisi net short Dolar AS berada pada $11.51 miliar pada pekan yang berakhir tangga 21 April. Jumlah itu lebih banyak daripada $11.39 miliar di pekan sebelumnya.
Posisi Dolar AS tersebut terpicu oleh kontrak para spekulator International Monetary Market terhadap Yen Jepang, Euro, Poundsterling, Franc Swiss, serta Dolar Kanada dan Australia. Para trader meyakini bahwa nilai mata uang-mata uang tersebut akan naik meskipun ada poin-poin short ke bias bearish.
“Meskipun mengendurnya kepanikan di pasar telah menurunkan Indeks Dolar AS dari level-level tinggi terbarunya, menurut kami USD tak dapat diekspektasikan dan diputuskan melemah, sampai para investor merasa cukup yakin untuk bergerak kembali ke negara-negara berkembang. Hal ini mungkin masih lama terjadi,” kata Foley.