Dolar Kanada masih bertengger di level tingginya terhadap Dolar AS, memasuki sesi perdagangan awal pekan ini, Selasa (02/April). Mata uang berjuluk Loonie tersebut menduduki level tinggi 11 hari karena kenaikan harga minyak dunia dan pulihnya data aktivitas pabrikan China. Sebagai mata uang komoditas (Dolar Komoditas) kedua isu tersebut memperkuat performa Loonie.
Saham-saham dan harga minyak (salah satu ekspor terbesar Kanada adalah minyak), terdorong naik oleh data yang menunjukkan kenaikan PMI Caixin Manufaktur China. Data tersebut dilaporkan naik ke 50.8 pada bulan Maret, berhasil melepaskan diri dari kontraksi di bulan sebelumnya. Data ekonomi China yang pulih mengindikasikan bahwa perlambatan ekonomi China akibat perang dagang dengan AS mulai memudar.
Lagipula, negosiasi AS-China dikabarkan terus menunjukkan kemajuan positif. China dikabarkan tetap mengimpor jagung Amerika Serikat dalam jumlah besar walaupun perundingan masih berlangsung. Meski demikian, impor China tersebut masih dinilai belum seberapa dibanding produksi daging babinya. Oleh sebab itu, harga minyak Crude Oil AS melonjak hampir 1 persen ke $60.71 per barel.
Bearish Dolar Kanada Menyusut
Saat berita ini ditulis, USD/CAD diperdagangkan di 1.33217, melanjutkan penurunan 0.69 persen yang terbentuk pada tanggal 28 Maret lalu.
Di samping faktor eksternal tersebut, penguatan Loonie juga didorong oleh data dari US Commodity Futures Trading Commission dan kalkulasi Reuters, yang menunjukkan bahwa para spekulator sudah memotong pertaruhan bearish mereka terhadap Dolar Kanada. Pada tanggal 26 Maret lalu, posisi net short sudah turun menjadi 39,571 kontrak dari 47,774 di pekan sebelumnya.
Bulan Maret lalu memang cukup suram bagi Dolar Kanada karena ia jatuh sebanyak 1.3 persen. Namun, dalam rentang kuartalan, DOlar Kanada masih mencatatkan bullish sebanyak 2.2 persen dan menjadi mata uang berperforma terbaik di antara negara-negara G-10.