Dolar AS turun dari level tinggi dua tahun di sesi perdagangan Jumat dini hari ini. Serangkaian data ekonomi AS kemarin malam tercatat mengecewakan. Selain, itu eskalasi konflik perdagangan dengan China pun makin silang sengkarut.
Indeks Dolar AS (DXY)–yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang mayor lain–tergelincir 0.23 persen ke 97.86 saat berita ini ditulis. Ia menghapus kenaikan yang tercapai di sesi sebelumnya. Sedangkan USD/JPY mengalami penurunan yang cukup mencolok. Pair mata yang tersebut anjlok 0.66 persen ke 109.59, meninggalkan ambang 110 yang tercapai di sesi perdagangan sebelumnya.
Dolar AS Dikecewakan Data Perumahan Dan Manufaktur
New Home Sales AS turun drastis pada bulan April, dari level tinggi sebelas setengah tahun di bulan sebelumnya. Penurunan Penjualan Rumah Baru tersebut mencapai 6.9 persen ke angka 673,000. Di samping itu, Pertumbuhan PMI Manufaktur AS versi Markit, melorot ke 50.6 pada bulan Mei 2019, dari sebelumnya di 52.6. Angka tersebut juga lebih rendah daripada ekspektasi di 52.5. Pun demikian dengan PMI Jasa AS yang turun ke 50.9 dari sebelumnya di 53.0.
Walaupun data-data tersebut lazimnya berdampak medium terhadap Dolar AS, para ekonom mengamati bahwa penurunan tersebut adalah imbas dari konflik dagang AS-China. Saat ini, hubungan AS-China makin buruk setelah wacana Gedung Putih untuk memblokir Hikvision, perusahaan penyedia kamera CCTV asal China.
Kemungkinan Rate Cut dikhawatirkan akan membesar jika ekonomi sebuah negara melambat. Parahnya, negara lain tak bisa memotong suku bunga seperti bank sentral AS, karena suku bunga mereka sudah sangat rendah.
Pasar mengekspektasikan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunganya. Menurut CME Group’s FedWatch, kini hanya 36.2 persen pihak yang mengeksepktasikan suku bunga The Fed tetap bertahan seperti saat ini di bulan Oktober. Padahal sebelumnya, keyakinan mereka mencapai 50.8 persen.