Dolar AS Menguat, Tapi Wall Street Ditutup Melemah

Pada perdagangan Kamis (4/5/2023), indeks saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, kembali berakhir melemah. Namun di sisi lain, dolar AS menguat usai Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga dan mengisyaratkan perlunya pengetatan hingga Jumat (5/5), setelah Federal Reserve AS juga menaikkan suku bunga.

Dikutip dari Reuters, Jumat (5/5), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 286,5 poin atau 0,86 persen menjadi 33.127,74. Sementara S&P 500 (.SPX) anjlok 29,53 poin atau 0,72 persen menjadi 4.061,22. Nasdaq Composite (.IXIC) turun 58,93 poin atau 0,49 persen menjadi 11.966,40.

Ketiga indeks utama Wall Street menandai penurunan hari keempat berturut-turut. Bagi Nasdaq, ini merupakan rangkaian kerugian terpanjang sejak Desember.

Indeks saham MSCI di seluruh dunia (.MIWD00000PUS) turun 0,47 persen. Ini mencerminkan penurunan beruntun empat hari pertamanya sejak pertengahan Maret. Sebaliknya, saham pasar berkembang (.MSCIEF) naik 0,70 persen setelah tiga sesi berturut-turut mengalami penurunan.

Menambah kekhawatiran investor dan bank regional AS lainnya, seperti PacWest Bancorp (PACW.O) mengisyaratkan masalah beberapa hari setelah First Republic runtuh. Indeks bank S&P 500 (.SPXBK) ditutup turun 2,8 persen, sedangkan indeks perbankan regional KBW (.KRX) turun 3,5 persen.

Imbal hasil treausury AS lebih merosot, sedangkan harga minyak stabil setelah turun tajam di awal minggu ini. Seiring dengan gangguan investor atas pesan bank sentral, indeks saham Wall Street juga berada di bawah tekanan dari kekalahan lain di saham Bank AS, yang terhuyung-huyung akibat runtuhnya bank regional besar ketiga selama akhir pekan.

Saham Eropa ditutup lebih rendah setelah ECB. Sedangkan bank sentral untuk 20 negara yang berbagi mata uang euro memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen dan mengisyaratkan bahwa pengetatan lebih lanjut diperlukan untuk menjinakkan inflasi.

Meski begitu, rencana menunda kenaikan suku bunga AS merupakan berita baik bagi investor AS. Ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments di New York, Lauren Goodwin, mengatakan hal itu menandakan bahwa ekonomi sedang melambat.

“Keseimbangan antara potensi stabilitas suku bunga dan peningkatan risiko resesi inilah yang coba dicerna pasar hari ini,” kata Goodwin.

Di antara mata uang, dolar naik terhadap euro karena investor mencerna kenaikan suku bunga ECB. Indeks dolar naik 0,188 persen, dengan euro turun 0,43 perse menjadi USD 1,1011. Sedangkan Yen Jepang menguat 0,39 persen versus greenback di 134,16 per dolar.

Di Treasuries, benchmark imbal hasil 10 tahun dan imbal hasil 2 tahun merosot karena investor mengkhawatirkan bank regional dan tanda-tanda melemahnya ekonomi.

Catatan benchmark 10 tahun turun 3,4 basis poin menjadi 3,369%, dari 3,403 persen pada akhir Rabu. Obligasi 30 tahun terakhir naik 0,9 basis poin menjadi menghasilkan 3,7243 persen dari 3,715 persen. Catatan 2 tahun terakhir turun 17,3 basis poin menjadi menghasilkan 3,7656 persen dari 3,939 persen.

Di bidang energi, harga minyak mentah stabil setelah tiga hari berturut-turut mengalami penurunan tajam karena kekhawatiran permintaan di negara-negara konsumen utama akibat kekhawatiran tentang ekonomi global.

Minyak mentah AS ditutup turun 0,06 persen pada USD 68,56 per barel. Brent berakhir pada USD 72,50, naik 0,24 persen pada hari itu.Sementara itu, emas spot telah menyentuh level tertinggi dalam beberapa tahun karena kekhawatiran perbankan AS mempercepat pelarian ke aset safe-haven.

Emas spot bertambah 0,6 persen menjadi USD 2.050,66 per ons. Emas berjangka AS naik 0,95 persen menjadi USD 2.047,90 per ons.

 

Leave a Comment