Menguatnya Indeks Dolar AS sore ini, bukan karena daya tariknya meningkat, melainkan karena mata uang-mata uang mayor lain yang memburuk. Bank-bank sentral global mulai kehilangan peluang untuk mengetatkan kebijakan moneter mereka gegara menurunnya Outlook ekonomi domestik masing-masing negara.
Mulai dari Bank Sentral Australia (RBA) sampai dengan Bank Sentral Eropa (ECB), semuanya mengungkapkan sinyal peningkatan risiko. Sehingga, tak ada jalan lain kecuali mengendurkan Outlook kebijakan.
Sebagai bank sentral Amerika, The Fed sebetulnya tak jauh berbeda kebijakannya. Dalam beberapa waktu terakhir, Ketua Jerome Powell dan sejumlah pejabat penting The Fed lainnya, mensinyalkan penghentian kenaikan suku bunga agresif yang telah mereka implementasikan sepanjang tahun 2018. Hanya saja, Outlook ekonomi Amerika Serikat tak seburuk negara-negara maju lainnya.
Bukan Makin Menarik, Hanya “Mendingan”
“AS adalah yang paling mendingan dibandingkan dengan yang lain,” kata James Athey, senior investment manager di Aberdeen Standard Investments London yang dikutip oleh Bloomberg. Sementara ekonomi AS masih dalam jalur kenaikan, Zona Euro justru sebaliknya. Kesehatan ekonomi Zona Euro dari perspektif struktural dan siklus, saat ini sedang sangat jauh lebih lemah, imbuh Athey.
Wall Street, bahkan sudah sejak lama memprediksi bahwa Dolar AS akan melemah di tahun 2019 ini karena perubahan arah kebijakan moneter The Fed, dari ketat ke normalisasi. Tahun 2019 ini, mata uang-mata uang mayor diramalkan akan berlomba-lomba turun dan dibanjiri Outlook bearish. Namun untuk saat ini, Dolar AS masih kalah rendah daripada yang lain.
Saat berita ini ditulis, Indeks Dolar AS (DXY) naik 0.22 persen ke 96.59, menyamai level tinggi yang terbentuk pada tanggal 24 Januari. Sedangkan EUR/USD turun 0,27 persen ke 1.1333 sehubungan dengan menurunnya Output Industri Jerman. Sedangkan AUD/USD, yang kemarin terjun bebas karena pernyataan dovish Gubernur RBA, saat ini masih diperdagangkan di level rendah 0.7102.