Dolar AS terpantau flat di sesi New York, Senin hari ini. Risiko-risiko geopolitik, serta ekspektasi terhadap kebijakan moneter bank sentral, menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan mata uang berjuluk Greenback tersebut. Indeks Dolar AS, yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang mayor lainnya, diperdagangkan di kisaran 97.748, tergelincir dari puncak dua pekan.
Suspensi Huawei Dan Tensi AS-Iran
Isu geopolitik masih menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh para investor untuk menjadikan Dolar AS sebagai safe haven. Dua terpanas adalah perang dagang AS-China dan tensi AS-Iran pasca sanksi AS.
Google mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menghentikan hubungan bisnis dengan Huawei. Hal itu membuat sahamnya anjlok di Wall Street, serta menaikkan ketidakpastian akan masa depan negosiasi perdagangan AS-China yang kian keruh.
Selain itu, perseteruan AS dengan Iran juga masih berlanjut pasca kicauan Trump. Melalui akun Twitternya, Trump memperingatkan keras agar Iran tidak melawan AS. Jika melanggar, maka Trump mengancam akan menghancurkan negara tersebut.
“Jika Iran mencoba menyerang, maka artinya Iran akan resmi berakhir. Jangan pernah mengancam AS lagi.” tulis Trump pada hari Minggu kemarin.
Tak tinggal diam, Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengecam balik. Ia menyebut bahwa ucapan Trump tersebut merupakan bentuk provokasi genosida dan meminta agar AS menghormati kedaulatan Iran.
Potensi Intervensi SNB
Di lain pihak, Dolar AS sempat melemah terhadap Franc Swiss, setelah pernyataan Deputi Gubernur Swiss National Bank (SNB) mengenai kesiapan SNB dalam mengintervensi pasar. Namun saat berita ini ditulis. USD/CHF terpantau flat.
“Kami selalu mengatakan bahwa kami memiliki pendekatan ini; di satu sisi kami masih punya suku bunga negatif, tetapi di sisi lain, kami selalu mengatakan bahwa kapanpun kami merasa perlu mengintervensi, maka kami akan melakukannya,” demikian tutur Thomas Moser, pejabat SNB dalam sebuah konferensi di Kopenhagen.