Data Inflasi AS Beri Sentimen Kenaikan Suku Bunga The Fed, Wall Street Menguat

Pada perdagangan hari Selasa (14/11/2023),  Wall Street ditutup menguat tajam yang dipimpin oleh Nasdaq, karena data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan mendukung pendapat Federal Reserve mungkin akan menaikkan suku bunga.

Mengutip Reuters, Rabu (15/11), S&P 500 naik 84,48 poin atau 1,91 persen menjadi berakhir pada 4.496,03 poin. Sedangkan Nasdaq Composite naik 325,03 poin atau 2,36 persen menjadi 14.094,38. Dow Jones Industrial Average naik 488,84 poin atau 1,42 persen menjadi 34.826,71.

Data menunjukkan harga konsumen AS tidak berubah pada bulan Oktober karena masyarakat Amerika membayar bensin dengan harga lebih rendah, serta kenaikan inflasi tahunan merupakan hal yang terkecil dalam dua tahun terakhir.

Selama 12 bulan hingga Oktober, indeks harga konsumen atau CPI naik 3,2 persen di bawah perkiraan ekonom usai naik 3,7 persen pada bulan September.

“Katalis yang jelas adalah laporan inflasi yang lebih lemah dari perkiraan,” ujar Craig Fehr, kepala strategi investasi di Edward Jones.

“Mendapat pembacaan inflasi yang lebih lemah memberi kenyamanan tambahan bahwa Fed tidak perlu menerapkan sejumlah besar kebijakan pembatasan tambahan untuk terus menurunkan harga konsumen,” lanjutnya.

Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin untuk melawan inflasi yang tinggi.

Investor juga fokus pada negosiasi yang dilakukan anggota parlemen AS mengenai rancangan undang-undang pendanaan, karena mereka menghadapi tenggat waktu akhir minggu ini untuk mendanai pemerintah federal.

MENGUAT TERBATAS

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih menguat terbatas pada perdagangan saham Rabu (15/11). Sementara pada perdagangan saham Selasa (14/11) IHSG ditutup menguat 23,74 poin (0,35 persen) ke 6.862,05.

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, memprediksi IHSG akan bergerak pada rentang 6.747 hingga 6.898. Menurutnya, pola gerak IHSG saat ini masih menunjukkan betah berada dalam rentang konsolidasi wajar dengan potensi kenaikan terbatas yang masih terlihat.

Baca Juga:   Wall Street Melesat Setelah Kekhawatiran Virus Corona Mereda

“Sedangkan jelang rilis data perekonomian neraca perdagangan esok hari disinyalir masih akan menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam kondisi stabil dan terkendali yang diharapkan dapat memberikan sentimen positif terhadap pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang,” kata William dalam risetnya pada Rabu (15/11).

Adapun jika terjadi koreksi wajar, William memandang, maka dapat dimanfaatkan para investor sebagai peluang untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah.

William kemudian merekomendasikan saham ICBP, BBRI, BBCA, JSMR, ITMG, ASII, AALI, GGRM dan ASRI untuk diperhatikan pada perdagangan Rabu (15/11).

Analis Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, juga memproyeksikan IHSG akan menguat pada perdagangan Rabu (15/11).

Menurutnya penguatan ini didorong oleh IHSG breakout MA5 (6832) di Selasa (14/11). Secara teknikal terbentuk golden cross pada Stochastic RSI dan pelebaran positive slope pada MACD.

“IHSG diperkirakan melanjutkan penguatan ke area resistance 6.880-6.900 pada Rabu,” tulis Alrich dalam risetnya pada Rabu (15/11).

Alrich melihat adanya sentimen dari luar negeri, di Amerika Serikat misalnya, investor menunggu rilis data inflasi yang diperkirakan turun ke 3,3 persen yoy di Oktober 2023 dari 3,7 persen yoy di September 2023.

“Selain itu juga terdapat pernyataan dari sejumlah pejabat tinggi The Fed pada pekan ini yang dapat memberikan petunjuk mengenai seberapa lama The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di level yang tinggi,” tambah Alrich.

Masih dari eksternal, lanjut Alrich, Inggris juga akan rilis data inflasi yang diperkirakan turun ke 5,8 persen yoy di Oktober 2023 dari 6,1 persen yoy di September 2023.

Adapun sentimen dari dalam negeri, Alrich menyebut dia melihat pasar tengah menanti rilisnya data neraca perdagangan Indonesia, yang akan dirilis Rabu (15/11).

Baca Juga:   The Fed Pangkas Suku Bunga, Wall Street Anjlok

“Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan kembali terjadi di Oktober 2023. Akan tetapi, surplus tersebut disebabkan oleh penurunan nilai ekspor yang lebih dalam dari penurunan nilai impor,” tutup Alrich.

Dalam risetnya Alrich merekomendasikan saham ICBP, GGRM, JPFA, ELSA, BBNI, PTPP, dan ESSA untuk diperhatikan pada perdagangan Rabu (15/11).

 

Leave a Comment