Cara Mudah Mengelola Portofolio Saham dalam Empat Langkah

Setelah seorang pemula membeli saham pertamanya, sejumlah pertanyaan baru akan muncul. Pertanyaan paling populer antara lain “Berapa banyak saham yang perlu dikoleksi?”, “Saham apa saja yang sebaiknya dipilih?” dan masih banyak lagi. Semua itu berkaitan dengan pengelolaan portofolio saham.

Setiap investor dan trader sebenarnya bebas menentukan cara mengelola portofolio saham masing-masing. Tak ada strategi tertentu yang dapat menjamin kesuksesan portofolio semua orang. Namun, ada beberapa langkah baku yang dapat dicontek sebagai referensi pemula dalam pengelolaan portofolio saham.

Cara Mudah Mengelola Portofolio Saham dalam Empat Langkah

Berikut ini langkah-langkah mudah mengelola portofolio saham yang perlu Anda ketahui:

  • Tentukan berapa jumlah maksimal saham yang akan dikoleksi dalam portofolio.

Semakin banyak saham dalam portofolio, semakin tinggi pula risikonya. Mengapa demikian? Karena kita jadi lebih sulit memantau dan mengambil keputusan dengan cepat.

Pemula sebaiknya mulai dengan mengelola 2-4 saham dalam portofolio. Jika merasa dapat mengendalikannya dengan baik, barulah dapat menambahkan saham baru. Jangan mudah iri menyaksikan orang lain mengelola belasan atau puluhan saham, karena portofolio mereka belum tentu lebih sukses daripada kita.

  • Tentukan strategi pengelolaan portofolio: diversifikasi atau terkonsentrasi.

Strategi pengelolaan saham pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yakni portofolio terdiversifikasi dan portofolio terkonsentrasi. Keduanya punya perbedaan signifikan.

Portofolio terdiversifikasi artinya kita mengoleksi beberapa saham dari sektor yang berbeda-beda, misalnya 1 saham sektor energi, 1 saham sektor perbankan, 1 saham sektor kesehatan, dan 1 saham sektor teknologi. Sedangkan portofolio terkonsentrasi akan berpusat pada 1-2 sektor tertentu yang saling berkaitan saja, misalnya 2 saham sektor properti dan 2 saham sektor infrastruktur.

  • Aturlah persentase alokasi dana untuk saham-saham yang telah dipilih.

Untuk melaksanakan langkah ketiga ini, kita pertama-tama harus memahami karakteristik masing-masing sektor saham. Umpamanya sektor energi cenderung siklikal; meningkat pesat ketika harga komoditi naik, lalu jatuh drastis ketika kondisi ekonomi memburuk dan harga komoditi menurun. Ada pula sektor barang konsumsi dan infrastruktur yang cenderung defensif dan tak mudah terpengaruh oleh gejolak pasar.

Baca Juga:   IHSG Bergerak di Zona Hijau Membuka Perdagangan Hari Ini

Investor sebaiknya mengalokasikan dana lebih besar untuk saham-saham berisiko lebih rendah. Semakin tinggi risikonya, semakin rendah pula alokasi modal yang ditanamkan.

  • Lakukan evaluasi portofolio secara berkala.

Kondisi pasar tidaklah statis. Perubahan bisa terjadi sewaktu-waktu, dan kita perlu senantiasa mewaspadainya.

Umpamanya perubahan kebijakan pemerintah tentang cukai rokok dapat mempengaruhi kinerja saham GGRM dan HMSP. Jika perubahan itu merugikan pabrik rokok, maka harga sahamnya kemungkinan menurun. Kita di sini perlu memutuskan apakah saham GGRM dan HMSP masih layak dikoleksi setelah perubahan cukai tersebut?

Contoh lainnya, pandemi COVID-19 pada kuartal pertama 2020 telah memicu kemerosotan pada saham-saham dari hampir semua sektor. Hanya segelintir saja yang unggul, termasuk saham farmasi dan rumah sakit. Pada saat itu, kita perlu mempertimbangkan apakah perlu cut loss saham lain dan membeli saham farmasi atau saham rumah sakit?

Kesuksesan investor dalam mengelola portofolio saham terutama tergantung pada kesigapannya menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Selain itu, investor juga membutuhkan wawasan yang luas dan ketahanan psikis yang tangguh agar mampu mengantisipasi segala situasi dengan tenang.

Tagged With :

Leave a Comment