4 Kesalahan Milenial Saat Berinvestasi Emas

Reputasi emas sebagai aset investasi paling aman dan anti-inflasi terus meluas. Apalagi baru-baru ini harga emas Antam dikabarkan meroket pesat, sehingga investor yang membelinya tahun lalu pasti sudah untung besar. Padahal, kenaikan harga emas yang sangat fantastis ini justru seringkali “menjebak” investor pemula, termasuk kalangan millenial yang umumnya masih awam terhadap seluk-beluk investasi emas.

Generasi orang tua dan kakek-nenek kita dapat berinvestasi emas dengan metode lebih sederhana dibandingkan millenial, karena mereka lahir dalam kondisi perekonomian yang lebih sederhana. Antara tiga-empat dekade lalu, pemalsuan emas belum secanggih sekarang. Aktivitas jual beli emas pun hanya terbatas di gerai-gerai tertentu saja. Saat ini jauh lebih banyak kendala untuk berinvestasi emas, termasuk pemalsuan emas batangan dan layanan jual beli emas digital yang tak berijin.

Risiko Beli Emas Batangan

Generasi millenial memiliki pilihan metode investasi emas yang lebih beragam. Namun, ada 4 (empat) kesalahan yang acap dilakukan dan perlu dihindari agar tak mengalami kerugian akibat kendala-kendala tadi.

1. Membeli Emas Tanpa Meneliti Latar Belakang Penjual

Legalitas lokasi pembelian emas perlu diperhatikan, agar investor tak keliru mendapatkan emas palsu atau justru dana ditilep oleh penipu. Untuk jual-beli emas online, pastikan bahwa aplikasi atau website telah mendapatkan perijinan dari Bappebti, OJK, atau memiliki kerjasama resmi dengan Antam. Untuk jual-beli emas melalui gerai fisik, periksalah sertifikat emas batangan yang diterima untuk memastikan keasliannya.

2. Membeli Emas Tanpa Memeriksa Harga Saat Ini

Ada anggapan salah kaprah bahwa harga emas pasti meningkat terus dari waktu ke waktu. Padahal, realitanya tidak demikian. Kenaikan harga emas hanya dapat dipastikan terjadi dalam jangka waktu sangat panjang, mulai 3-5 tahun atau lebih. Di bawah 3-5 tahun, ada masa-masa ketika harga logam mulia mengalami penurunan tajam. Belilah emas ketika harganya melemah, bukan saat posisi harganya mencapai rekor paling mahal.

3. Membeli Emas Fisik, Bukan Investasi Digital

Jual-beli emas secara digital melalui aplikasi seperti Pegadaian Online, Tamasia, E-Mas, dan sejenisnya merupakan peluang investasi baru yang jauh lebih baik ketimbang investasi emas fisik. Apabila membeli emas batangan atau logam, maka kita harus memikirkan pula lokasi penyimpanan dan metode pengamanannya. Namun, investor emas digital tak perlu mencemaskan kedua masalah tersebut.

4. Dana Tabungan Hanya Diinvestasikan Dalam Emas

Generasi millenial saat ini dimanjakan dengan kehadiran beragam opsi investasi bermodal rendah, berpotensi profit besar, dan dilengkapi jaminan keamanan tinggi. Contohnya reksa dana dan obligasi. Dibandingkan dengan investasi emas, reksa dana dan obligasi bisa menghasilkan keuntungan berlipat ganda dalam tempo lebih singkat (di bawah 3-5 tahun). Tak ada salahnya berinvestasi emas. Namun, jelas sekali rugi jika hanya berinvestasi dalam aset logam mulia.

Nah, apakah Anda melakukan salah satu atau semua kesalahan di atas? Coba evaluasi lagi rencana investasi Anda dan rancang ulang dari awal. Banyak cara untuk mendapatkan keuntungan dari investasi di era industri 4.0. Jangan terpaku hanya pada satu cara investasi saja.

Tagged With :

Leave a Comment