Pada penutupan perdagangan pekan lalu, kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, berakhir lebih rendah. Hal ini disebabkan laporan tenaga kerja yang solid mendukung harapan adanya jeda dalam pengetatan kebijakan agresif The Fed demi mendinginkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, serta memicu penurunan tajam pada saham sektor teknologi.
Mengutip dari Reuters, Senin(6/6), Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 348,58 poin atau 1,05 persen menjadi 32.899,7, S&P 500 (.SPX) kehilangan 68,28 poin atau 1,63 persen menjadi 4.108,54 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 304,16 poin atau 2,47 persen menjadi 12.012,73.
Nasdaq yang sarat teknologi memimpin penurunan, jatuh 2,5 persen, karena saham kelas berat pasar Apple Inc (AAPL.O) dan Tesla Inc (TSLA.O) menjadi hambatan terbesar di pasar. Tidak hanya itu, di antara 11 sektor utama S&P, consumer discretionary (.SPLRCD) adalah yang terlemah dengan penurunan 2,9 persen diikuti oleh penurunan teknologi (.SPLRCT) 2,5 persen.
Volatilitas telah mencengkeram Wall Street dalam beberapa pekan terakhir, karena investor memperdebatkan apakah pasar telah mencapai titik terendah dengan latar belakang beberapa komentar hawkish dari pejabat The Fed dan data yang menunjukkan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.
Chief Economist ADP, Nela Richardson, mengatakan bahwa saat ini kondisi perekonomian terlihat baik dan puncaknya kurang relevan dibandingkan dengan daya tahan inflasi dan tingkat kenaikan . Selain itu, pasar tenaga kerja disinyalir terlihat sangat solid.
“Itulah mengapa upah dalam laporan ini sangat material. Sementara pertumbuhan upah mungkin tidak mendorong inflasi melewati puncaknya, itu bisa memainkan peran kuat dalam menjaga inflasi di sekitar level yang lebih tinggi ini lebih lama dari yang diinginkan atau diantisipasi siapa pun,” ujar Richardson.
Sebelumnya, laporan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat menunjukkan jumlah pekerja non pertanian naik 390.000 pekerjaan selama bulan lalu dan upah tumbuh. Angka ini di atas prediksi ekonom yang naik 325.000 pekerjaan.
Selanjutnya, tingkat pengangguran tetap stabil di 3,6 persen dengan semua tanda pasar tenaga kerja yang ketat. Laporan pekerjaan meyakinkan untuk keadaan ekonomi saat ini, investor berfokus pada potensi pengaruhnya pada kebijakan bank sentral.
“Pasar mencoba menyalurkan responsnya melalui apa yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan The Fed,” ungkap Richardson.
Di sisi lain, Head of Investment Strategy Citi Personal Wealth Management, Shawn Snyder melihat laporan yang solid sebagai pedang bermata dua.
“Ini memberi tahu kita bahwa ekonomi berada dalam kondisi yang cukup baik yang merupakan kabar baik, tetapi jika dilihat dalam konteks apa artinya bagi Federal Reserve dan pengetatan kebijakan moneter, hal itu kemungkinan membuat mereka lebih percaya diri bahwa mereka dapat terus melakukan pengetatan,” kata Snyder.
Menurut Snyder, hal negatif itu pada investor karena mereka berharap The Fed akan menghentikan suku bunga di akhir tahun nanti. Pasar uang sepenuhnya memperhitungkan kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh Fed pada bulan Juni dan Juli.
Adapun kenaikan pendapatan per jam laporan Mei yang lebih lambat dari perkiraan tampak seperti kabar baik untuk inflasi. Snyder menyebut, kenaikan harga minyak sebagai faktor penyeimbang. (*)